Headline

Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.

Fokus

Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.

Selamatkan Satwa Langka Indonesia

MI/Iwan J Kurniawan
31/5/2015 00:00
Selamatkan Satwa Langka Indonesia
(Sumber:BKSDA/Kementerian Kehutanan/Grt/L-2)
TIGA petugas sigap berjaga di Posko Penyelamatan Kakaktua Jambul Kuning di Lobi Kementerian Ling kungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Senayan, Jakarta. Mereka hampir setiap pagi menerima sumbangan burung langka dari masyarakat.

Pagi itu, Faisal Nento tampak mengantarkan seekor kakaktua kecil jambul kuning jantan (Cacatua sulphurea). Ia bukanlah pemilik asli. Ia hanya disuruh majikan yang enggan ia sebutkan namanya untuk diserahkan ke Kementerian KLHK. Warga Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat, itu mengantarkan burung berbulu putih dalam kondisi sehat dan tak cacat.

Sejurus petugas langsung mendata dan menuliskan sumbangan burung langkah asal Maluku itu. Tidak hanya Faisal, warga lainnya juga mengantar jelang keesokan harinya. Maklum, posko 'penampungan sementara' itu dibuka selama satu bulan yang berakhir pada 8 Juni.

Keberadaan posko Penyelamatan Kakaktua Jambul Kuning di Kementerian LHK itu menjadi penting. Masyarakat pun sukarela mengembalikan satwa yang terbilang langkah dan hampir punah. Tidak hanya masyarakat umum, bahkan istri mantan presiden Indonesia, Sinta Nuriyah juga menyerahkan burung kesayangannya itu agar kelak bisa dilepas ke habitat aslinya. Ketua posko, drh Indra Eksploitasia, pun ikut turut mendata bersama tim kerjanya.

"Spesies penyebaran kakaktua bermacammacam menurut geografinya. Penyelamatan ini sangat penting karena Indonesia kaya atas keanekaragaman hayati. Ada perburuan liar dan fragmentasi habitat. Bila tidak diselamatkan, nasibnya seperti harimau jawa," ujarnya saat ditemui, pekan lalu. Memang penting, penyelamatan spesies, baik berupa burung kakaktua jambul kuning, merak, maupun sebagainya menjadi penting. Bahkan salah satu spesies, semisal harimau jawa, sudah tinggal nama. Ini membuat Indra jemu dengan kondisi, terutama perdagangan satwa langka di berbagai daerah.

Pada era 70-an harimau jawa masih bisa kita temukan. Hewan itu masuk dalam top predator. Sayang, kepunahan membuat mata rantainnya pun hilang. "Keberadaan spesies hampir punah kini, yaitu harimau sumatra dan badak sumatra. Satwa ini sudah masuk dalam endangered species (terancam kepunahan)," sambung Indra.

Lewat program KLHK, yaitu u paya penyela matan kakaktua jambul kuning, dapat menjadi bukti nyata. Ada kepedulian terhadap burung yang terancam punah. Untuk itu lah, keterlibatan dan kesadaran masyarakat pun sangat penting.

Di Indonesia, terdapat 7 jenis kakaktua. Jenis ini mempunyai ras dan ciri masing-masing.

Dari 7 jenis, ada 5 jenis kakaktua yang dilindung. Kelimanya, yaitu kakaktua besar jambul kuning (Cacatua galerita), kakaktua raja (Probosciger atterimus), kakaktua kecil jambul kuning (Cacatua sulphurea), kakaktua rawa/kakaktua tanibar (Cacatua goffini), dan kakaktua maluku (Cacatua moluccensis). Adapun untuk kakatua yang tidak dilindungi, yaitu kakaktua besar jambul putih (Cacatua alba) dan kakaktua sanguinea (Cacatua pastinator).

Hingga Kamis (28/5), Posko Penyelamatan Kakaktua Jambul Kuning sudah menerima sedikitnya 113 burung berbagai jenis yang masuk dalam daftar satwa liar .Awalnya, pihak KLHK hanya membuka posko untuk kakaktua jambul kuning. Namun, masyarakat juga memberikan berbagai jenis aves, seperti kakaktua maluku, kaktua jambul putih, kakaktua rawa, nuri bayan, nuri merah kepala hitam, dan merak hijau.

Lewat posko itu, kesadaran masyarakat pun terbangun. Ada indikasi, kemungkinan masyarakat inisiatif untuk mengembalikan burung. Pasalnya, mereka sadar akan keberlangsungan burung-burung itu sepantasnya dikembalikan ke habitat.

Kucing-kucingan
Di pasar, perdagangan burung kakatua jambul kuning masih marak terjadi. Namun, dengan adanya isu terkait upaya pengembalian burung tersebut lewat kementerian terkait, para pedagang pun mulai 'bersembunyi' alias kucing-kucingan dengan petugas.

Bahkan dari penelusuran saya ke beberapa pasar burung di Jakarta dan Bogor, jenis kakatua jambul kuning kerap diperdagangkan. Beberapa pedagang yang ditemui di kawasan Kebon Kembang, Bogor, mengaku sempat berdagangan kakatua jambul kuning pada Desember 2014 hingga Januari lalu, baik lewat media sosial maupun jaringan pertemanan.

Namun, itu pun harus dengan pembeli yang sudah pedagang kenal secara baik. Apalagi, bila tidak mereka kenali maka sulit mendapatkan seekor burung kakaktua tersebut. Mereka melakukan modus yang beragam. Bisa lewat jaringan sehingga pertemuan pun bisa berpindah-pindah tempat, baik di pasar maupun di lokasi keramaian lainnya. "Untuk mengelabui petugas, kami menggunakan dua sangkar. Pokoknya ada caranya agar kelihatannya seperti burung merpati," ujar Parman, 42, salah satu pedagang di kawasan Tajur, Bogor.

Informasi yang dihimpun menunjukkan harga perdagangan burung kakaktua jambul kuning di Jakarta, Bogor, Depok, dan Tangerang, berkisar antara Rp4 jutaRp20 juta. Semakin pintar burung menghasilkan suara merdu, semakin melejit harganya pula. "Bahkan kalau yang sudah bisa nyanyi Indonesia Raya bisa lebih mahal lagi," ujarnya.

Tak mengherankan, keberadaan para pedagang gelap membuat KLHK berang.Lewat Posko Penyelamatan itu, dapat membantu proses penyelamatan satwa yang dianggap masuk dalam kategori endangered species. (M4) [email protected]

[email protected]



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya